Animal Farm : Orwell, Babi, dan Manusia

Animal Farm adalah novel alegori politik yang ditulis oleh George Orwell dalam sudut pandang hewan ternak. Tema novel ini terbilang sangat berat sekaligus berani,  namun mencoba menyampaikannya dalam sudut pandang lucu, ringan, sekaligus tragis. Secara garis besar, novel ini bercerita tentang pemberontakan hewan ternak di sebuah peternakan bernama Manor terhadap pemilik peternakan (Pak Jones). Keinginan untuk bebas merupakan mimpi besar binatang ternak, perlakuan tidak adil yang mereka dapat, serta dorogan kuat dari sosok paling berpengaruh di antara binatang ternak, jelas menjadi latar belakang awal pemberontakan.

Jika kalian menganggap hal awal ini adalah keganjilan yang tidak bisa diterima, maka kalian akan menemukan sebuah keganjilan yang sesungguhnya, pemahaman tentang memperjuangkan kebebasan yang pada akhirnya melenceng jauh dari tujuan awal dari kebebasan tadi.

Suatu ketika pemberontakan yang super terencana itu berhasil dilakukan, hingga akhirnya kepemimpinan diambil alih oleh para binatang ternak. Bahkan ketika kata bebas yang mereka idamkan itu mereka dapatkan, mereka harus tersadar bahwa harus ada sosok pemimpin yang bisa menata mereka semua untuk bisa menjadi teratur. Dan kebetulan kepemimpinan itu diberikan (secara alami) kepada dua ekor babi yang tidak pernah sependapat. Maka terjadilah dualisme yang pada akhirnya memicu perseturuan.

Perang yang pada awalnya terjadi antara hewan dan manusia kini mulai berubah haluan menjadi penggulingan terhadap salah satu pemimpin (binatang) yang dianggap tidak lagi memiliki idiologi yang sejalan. Penyingkiran salah satu pemimpin itu diwarnai oleh kecurangan, kelicikan, fitnah, dan kekejaman.

Secara perlahan dan tersamar Orwell memberikan gambaran tentang cara-cara pemimpin bejat menguasai segala hal lewat rasa takut, tekanan, dan isyu-isyu palsu yang disebar demi kepentingan pribadi. Dan hebatnya lagi, Orwell juga memperlihat respon atau prilaku binatang lain yang beragam terhadap apa yang sedang terjadi. Ada yang peduli namun tak berdaya, ada yang acuh tak acuh, dan ada juga yang mencoba melawan namun pada akhirnya harus tumbang oleh kekuasaan.

Sampai pada akhirnya para babi mulai menyerupai manusia dan bahkan tidak bisa dibandingkan dengan mata telanjang sekali pun.

Jadi saranku, kalian harus membaca novel ini paling tidak sekali dalam seumur hidup. Inilah novel klasik yang akan selalu bisa diterima pemikirannya hingga kapan pun, bahkan untuk zaman yang sudah sangat moderen sekali pun.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Sembarang Pakai Kata ‘Butuh” Dengan Urang Kutai

Pengakuan Anton Chekhov dalam cerpen-cerpennya

(Review) The Stranger by Albert Camus - Kehidupan Ialah Sesuatu yang Absurd