Ketika Roh Terlepas dari Jisimku
Hari ini adalah hari ketika roh terlepas dari jisimku. Ketika pelor panas melesat memecah ruang udara kemudian membentuk lubang dalam, di antara garis keningku. Ketika bebatuan kerikil diguyuri panas surya seharian, lalu menyambut tubuhku yang lunglai. Bergeming aku bagaikan seonggok tai sapi di tengah lapangan. Membenam, berhias lalat dan darah, dan busuk disantap waktu. Pelor itu berasal dari revolver seorang polisi yang sekali pun tak pernah meletus, apalagi membuat seseorang terluka atau terbunuh. Sekali merangkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui. Tiga rekor langsung didapatkan oleh si revolver dalam waktu yang sangat berdekatan. Entah si revolver menyukai hal itu, yang pasti jika ia bisa bicara mungkin hal itu bisa menjadi kebanggaannya. Aku tahu, pertanyaan utama yang akan kalian tanyakan adalah, mengapa pelor revolver tadi bisa menghujam dan membunuhku. Apa yang aku lakukan? Baiklah aku akan pelan-pelan menceritakan kisah ini pada kalian, walau dengan cara yang agak ane...