Air Terjun Haratai, memang Harat Ternyata
Selama
seminggu kemarin aku melakukan perjalanan ke Kalimantan Selatan. Tepatnya
wilayah kabupaten Tapin. Kebetulan dulu waktu masa Madrasah Aliah (setara SMA),
aku bersekolah di daerah Rantau namun tinggal di Pabaungan (sebuah kampung yang
terletak di jalan menuju Margasari). Dari Pabaungan biasanya naik sepedamotor
untuk turun sekolah, lama tempuh perjalanan satu jam bisa juga lebih.
Pabaungan
terletak di pinggir Sungai Negara (sebenarnya aku tidak terlalu yakin kalau
sungai itu disebut demikian), sungainya pasang surut, warna airnya beruba-ubah,
bisa menjadi coklat apabila surut, dan jernih atau hijau apabila pasang.
Diseberang Pabaungan terdapat kampung kecil yang super damai dan sepi, orang
kampung menyebutnya Pantai (jangan menghayalkan pasir dan laut, sebab tempat
ini jauh dari laut). Dulu untuk menyebrang ke sana harus naik perahu, namun
sekarang sudah dibuatkan jembatan gantung yang katanya sih berhantu, walau aku
sering sekali mengambil foto di sana karena pemandangannya memang bagus.
Aku
sempat beberapa kali ke Pantai untuk mengunjungi seseorang. Setiap kali kesitu
rasanya malas untuk pulang. Suasananya tenang, jauh dari kebisingan, kampungnya
rindang karena masih dikepung oleh pepohonan rumbia di belakang rumah, dan yang
paling enak adalah, udaranya selalu sejuk serta bikin mata mengantuk. Bahkan
jika berbaring di pelatar rumah pun beralaskan papan aku sudah bisa tertidur
sangat pulas.
Apabila
berada di Pabaungan jangan bangun kesiangan, sebab sangat sayang jika harus
melewatkan pemandangan indah berembun yang sejuk di sungainya. Aku cukup
beruntung karena tempat aku menginap mempunyai perahumotor yang bisa digunakan
mengarungi sungai dan menikmati ketenangan air yang bagai cermin dengan
sentuhan kabut indah.
Dua
hari kemudian setelah membasuh lelah karena perjalanan yang melelahkan dari
Samarinda ke Pabaungan (naik bus dari pagi, datangnya subuh), aku berangkat ke
Loksado, Hulu Sungai Selatan.
Ada
banyak tempat wisata di daerah Loksado, terutama objek wisata air terjun.
Sebenarnya tujuan utamaku adalah Air Terjun Rampah Menjangan, tapi karena
beberapa teman mengeluh tak kuat jika harus berjalan sejauh 1,5 sampai 2 jam
untuk mencapai lokasi itu, maka harapan besarku itu harus kalah suara (padahal
jika berkemah di situ bakal sangat seru).
Kami
(maksudku teman seperjalananku) pun memutuskan untuk mengunjungi Air Terjun
Haratai, alasannya sederhana karena bisa kesana dengan menyewa sepedamotor dari
kampung terdekat. Aku sudah berperasangka kalau air terjun Haratai pasti
mengecewakan, sebab biasanya apabila jarak tempuhnya mudah, keindahannya tidak
seberapa.
Namun
ternyata ketika sampai di lokasi Air Terjun Haratai, semua perasangka tadi salah
besar. Air terjunnya benar-benar indah dan tinggi, airnya dingin dan deras.
Jalan menuju kesana pun sedang diperbaiki, jadi tidak ada jalan tanah yang
bikin sepedamotor amblas. Baguslah pemerintah setempat cukup memerhatikan
tempat itu.
Di
Air Terjun Haratai aku berjumpa dengan seorang warga kampung yang bertugas
menjaga sekaligus mengurus karcis untuk masuk ke tempat itu. Beliau
menceritakan tentang sepasang kekasih yang ditemukan meninggal di air terjun
tadi. Katanya kala itu akses ke sana masih sulit, dan air sedang pasang, air
terjun deras daripada biasanya, sepasang kekasih tadi terseret arus dan
meninggal. Aku sih tidak terlalu terpengaruh dengan cerita itu, tapi beberapa
orang teman memilih untuk tidak mandi karena katanya airnya bekas orang mati.
Gila, jauh-jauh kesitu tapi tidak mandi. Lepas baju cebur...segar memang airnya.
Kurang
lebih dua jam kami menghabiskan waktu di Air terjun Haratai, dan rasanya mau
berlama-lama lagi mandi di sana. Setelah kembali ke kampung tempat kami menyewa
sepedamotor, aku sudah semangat untuk merasakan naik Bamboo Rafting, mengarungi
sungai amandit berarus jeram. Namun hal ini pun pupus sebab teman-teman yang
lain mengeluh kecapekan, maka hal ini pun batal. Hadeh, lain kali aku akan
kesana dengan orang yang tepat saja.
Comments
Post a Comment