Pelajaran Terdalam Dalam To Kill a Mockingbird

Jarang sekali dalam sebuah novel bisa membuat aku banyak merasa tersinggung sejak awal hingga akhir cerita. Apa-apa yang ditulis dalam novel To Kill a Mockingbird adalah sesuatu yang biasa dan bahkan sering terjadi dikehidupan nyata. Akan tetapi memiliki pelajaran besar yang bahkan bisa membuat pembaca berpikir berulang-ulang tentang hal-hal remeh yang ternyata punya makna mendalam untuk direnungkan.

Banyak penulis berbakat di dunia ini serta menelurkan banyak karya sehingga mereka jadi sangat terkenal. Namun hal ini berbeda dengan Harper Lee, coba saja kalian cari tentang ada berapa banyak novel yang sudah ditulisnya, jawaban yang kalian dapatkan pastilah To Kill a Mockingbird. Sebab (kalau tidak salah) hanya novel ini satu-satunya yang pernah ditulisnya, walau setelah enam puluh tahun akhirnya naskah pertama dari seri ini yang berjudul Go Set a Watchman diterbitkan pada tahun 2014. Kabarnya sih, naskah pertama ini ditolak penerbit sehingga lahirlah To Kill a Mockingbird pada masa itu.

Bercerita tentang kehidupan keluarga Finch di Maycomb County. Seorang ayah (orang tua tunggal) bernama Atticus Finch yang membesarkan dua anaknya, Jem dan Scout. Cerita dibuka dengan kisah Scout yang bercerita tentang abangnya, jem yang mengalami patah tulang di bagian siku. Lewat sudut pandang seorang bocah perempuan inilah alur cerita dibangun dengan apik. Tak mudah menuliskan semua kejadian disekitar lewat sudut pandang seorang bocah perempuan lugu yang masih belum banyak mengerti apa yang terjadi disekitarnya.

Cerita mengalir seru, sering kali lucu, dan selalu bermakna dalam. Novel ini dibuka dengan satu pertanyaan awal tentang, mengapa Jem mengalami patah tulang? Lalu jawaban dari pertanyaan itu membawa kita ke dalam konflik besar yang terjadi di Maycomb County.

Jujur, sejak awal membaca novel ini aku tidak tahu sedikit pun tentang burung mockingbird, sampai akhirnya sebuah kalimat menjelaskan apa itu burung mockingbird. "Kalian boleh membunuh burung bluejay kalau bisa, tapi ingat, kalian berdosa apabila membunuh burung mockingbird." Ternyata burung mockingbird adalah jenis burung yang suka berkicau merdu, dan tidak merugikan manusia, beda halnya dengan burung bluejay yang tidak memiliki kicau merdu serta suka mencuri.

Banyak orang bilang bahwa lingkungan bisa membentuk perilaku seseorang, terutama untuk anak-anak. Namun dalam novel ini jelas sekali bahwa perhatian dari orang tua, bimbingan untuk menjadikan anak mereka peribadi yang baik sangat berperan penting. Sosok Atticus sebagai orang tua tunggal sangat baik serta perhatian pada anak-anaknya. Ia selalu punya cara yang bisa diterima anak-anaknya untuk menjelaskan semua situasi. Ia ramah, bersahaja, dan tidak pernah melakukan tindak kekerasa seperti memukul anaknya ketika anak-anaknya melakukan kesalahan. Nasihat adalah cara ampuh yang dimilikinya, dan caranya melakukan itu yang menurutku sangat luar biasa. Sehingga ketika anak-anaknya ingin melakukan sesuatu yang mereka anggap salah, mereka melakukan pertimbangan, apakah hal itu akan membut ayah mereka marah.

Cerita berjalan baik-baik saja dengan pengenalan banyak tokoh, tokoh-tokoh itu tidak lain adalah orang-orang yang tinggal di dekat rumah keluarga Finch.  Para tetangga yang sangat karakteristik dan memiliki kisahnya masing-masing. Perasangka-perasangka yang terbangun dalam pikiran seorang bocah tentang tetangganya digambarkan dengan sangat apik. Inilah contoh dari kehidupan yang terlihat damai, namun menyimpan banyak kekacauan.

Dengan perlahan, menu utama kisah dalam novel ini diperlihatkan. Tema rarisme mulai menyebar, merebak bagaikan racun, memicu kekacauan yang diawal tadi bersembunyi bagai tidur. Sesuatu yang bernama petaka akhirnya terbangun.

Kehidupan Scout dan Jem mengalami perubahan saat Ayah mereka menjadi pembela (Atticus adalah seorang pengacara) untuk seorang lelaki berkulit hitam yang dituduh memerkosa seorang perempuan berkulit putih. Pada kenyataannya, saat itu warna kulit menjadi sebuah identitas baik atau buruknya seseorang. Apa-apa pun yang berhubungan dengan orang-orang kulit hitam pastilah selalu dianggap tidak jauh dari hal-hal jahat dan kasar, padahal orang-orang kulit putih juga banyak yang sangat jahat. Dunia berkerja dengan cara yang munafik.

Atticus pun menjelaskan hal ini lewat sebuah kalimat pada kedua anaknya, menurutku ini adalah salah satu kalimat luar biasa yang ada dalam novel ini; "Kau tidak akan pernah bisa memahami seseorang hingga kau melihat segala sesuatu dari sudut pandangnya ... hingga kau menyusup kebalik kulitnya dan menjalani hidup dengan caranya." Lewat konflik utama inilah kisah jadi naik level ke tahap yang lebih serius, walau narasi yang disajikan tetap polos, ringan, dan mudah dicerna.

To Kill a Mockingbird mendapatkan banyak pujian, serta memenangkan penghargaan Pulitzer Prize. Dan semua itu memang pantas menurutku. Membicarakan tentang keadilan yang hanya dapat dilahirkan dari rasa cinta tanpa membedakan latar belakang kehidupan. Seperti pujian yang diberikan oleh Library Journal bahwa novel ini merupakan novel terbaik abad ke-20.

Comments

Popular posts from this blog

Jangan Sembarang Pakai Kata ‘Butuh” Dengan Urang Kutai

Pengakuan Anton Chekhov dalam cerpen-cerpennya

(Review) The Stranger by Albert Camus - Kehidupan Ialah Sesuatu yang Absurd