Saat Perasaan Dilampiaskan Lewat Sebuah Roman Yang Mengharu Biru
Di dunia ini
ada satu kisah yang selalu diceritakan kembali namun tidak pernah bosan untuk
diceritakan. Sejak manusia masih berada di taman surga hingga akhirnya dilempar
ke dunia, itu pun terjadi karena rasa cinta. Jadi bohong jika di dunia ini ada
manusia yang tidak memiliki perasaan itu.
Tetapi tidak
sedikit dari manusia yang mengutuk cinta, ini adalah orang-orang yang mengalami
patah hati. Dan tidak sedikit juga manusia yang memuja cinta, jelas ini
orang-orang yang mabuk asmara. Namun sesering apa pun sumpah serapah yang
dikutukkan atas cinta tetap saja suatu ketika cinta itu tumbuh kembali,
bangkit, dan bergelora di dalam dada.
Demikianlah
pada akhirnya kutulis roman penuh makna
yang akhirnya aku beri judul MAHAKAMA. Sebelum kujelaskan apa itu Mahakama, aku akan menceritakan sedikit tentang
alasan utama mengapa akhirnya lahir roman ini. Jelas jawabannya masih
berhubungan dengan kisah cinta yang aku alami yang kemudian terhenyak akan
sebuah tanya oleh belahan jiwaku.
“Apa yang
kamu suka dariku?”
Pertanyaan
itu muncul bukan hanya semata-mata mencuat begitu saja, tapi karena rasa berat
hati yang meragu akibat pelik tragedi yang terjadi. Sebuah pertanyaan yang
memerlukan penegasan serta pemahaman atas yakin atau tidaknya perasaan kami.
Maka lewat
roman inilah pertanyaan itu coba aku jawab....
Sebenarnya ada hal yang jauh lebih penting dari pertanyaan ‘apa yang kamu suka dariku’. Yaitu ‘seberapa lama rasa sukamu akan bertahan’. Pertanyaan tentang
kesetiaan juga bukan hal yang mudah dijawab, namun berjalan seiringnya waktu
semua itu akan terbukti dengan sendirinya. Seperti halnya orang bijak pernah berkata, ‘manusia akan berubah
seiring berjalannya waktu’. Semoga perasaan ini tidak
akan berubah hingga kematian menjemputku nanti. Amiin.
Hidup memang sebuah panggung sandiwara. Banyak cerita, tragedi, dan juga komedi di dalamnya. Namun aku tak pernah berharap kisah cintaku jadi sangat menyedihkan seperti
kisah cinta Romeo and Juliet karya
William Shakespeare yang harus terpisahkan hanya karena perdebatan antara dua
keluarga. Atau, menjadi rumit seperti Mansfield Park
karya Jane Austen yang menceritakan kisah cinta ambigu antar dua insan yang
sebenarnya memiliki perasaan sama namun terhalang oleh tembok persaudaraan.
Atau, malah menjadi sangat tragis seperti The
Great Gatsby karya F. Scott Fitzgerald yang dihalangi oleh kekayaan dan
berujung penghianatan.
Aku tak ingin kisah cintaku jadi seperti kisah cinta
karya para penulis dunia itu, namun jika kau masih bertanya seperti apa cintaku
padamu, maka aku akan menjawab bahwa cintaku sebesar cinta dalam kisah-kisah
itu, bahkan
mungkin lebih dari itu, mencintaimu sepanjang
napasku dan berujung di akhir hayatku.
Aku memang hidup bersama banyak bacaan tentang cinta yang luar biasa, walau
hingga saat ini sulit bagiku untuk menjelaskan bagaimana cinta itu. Tapi dari sekian banyak kisah cinta, baik yang berakhir
bahagia, atau juga tragis merajam sukma, aku masih percaya bahwa kisah cinta yang
sebenarnya di kehidupan ini akan selalu ada, karena pada
hakikatnya manusia akan terus menjadi lebih baik dari segala hal yang pernah
mereka tulis dan ceritakan kepada orang lain. Tak mungkin seseorang bisa mengenal luka jika mereka belum merasakannya, demikian juga hal itu berlaku untuk rasa sayang dan cinta.
Mungkin bagi sebagian orang cintaku ini terlihat bodoh. Sebuah cinta yang dikuatkan dengan sebuah harapan besar bahwa suatu saat
kita akan bersama. Apalah arti penilaian orang lain jika pada akhirnya perasaan
itu hanyalah milik kita sendiri dan hanya kita yang bisa putuskan. Bukankah
hidup ini seperti batu karang yang harus terus bertahan meski gelombang besar
datang menerjang. Karena sekeras apa pun orang menjelaskan kebodohan cinta ini,
tetap saja bumi berbentuk bundar, bintang menghias malam, dan bulan membisu tidak menjawab.
Kebodohan dan cinta itu letaknya kadang saling berdekatan sehingga sulit
untuk dibedakan, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja untuk membela
perasaanku ini dan mempertahankannya hingga aku mati. Jika ditanya tentang
kebodohan dan cinta sejati, maka aku akan menjawabnya dengan karya Winston
Francis Groom Jr yang berjudul Forrest
Gump. Epik romantic comedy-drama ini bisa menjelaskan semuanya, bahwa kebodohan dan cinta itu letaknya
bersebelahan namun jika dilihat dari sudut pandang yang tepat maka akan bermakna
luar biasa. Kadang ada orang yang bisa menemukan cinta dengan mudahnya, lalu
berpisah begitu saja. Namun ada juga yang terus bertahan hingga
kesempatan itu datang, lalu kematianlah yang memisahkan. Dan hebatnya lagi hingga orang yang dicintai meninggal dunia, cinta itu
masih tetap ada, begitu dalam, kuat, dan terus bertahan.
Setiap kejadian harus berawal dari sebuah momen, momen yang patut diingat
dan sengaja tidak ingin dilupakan. Jadi apa momen itu? Seperti apa momen itu terjadi? itulah hal pentingnya. Momen yang mengawali cinta dan membuatnya terus abadi di pikiran ini, walaupun momen itu hanya terjadi dalam hitungan detik.
Jika ditanya apa saja momen terbaik dalam hidupku, maka aku akan mengatakan
bahwa momen singkat ini adalah salah satunya. Momen saat mataku dan matamu beradu singkat namun membekas hingga detik ini. Dunia rasa berhenti berputar, waktu rasa berhenti berdetak walau pada
akhirnya momen itu berlalu tanpa pernah bisa kuharap berakhir.
Hampa dan
lara akan menghilang
Jika kita
percaya dan punya sebuah harapan
~
Kalian
mungkin bisa mengerti seserius apa aku menulis roman ini, sebab jelas roman ini
berpondasi perasaan yang bergejolak dalam bentu darma bagi diriku. Maka riset
pun aku lakukan cukup lama untuk menyelesaikan cerita ini yang terjilid dalam
buku berhalaman 232 halaman. Mungkin ini memang terasa singkat, akan tetapi
sangat dalam.
Balik ke
kata Mahakama, apa itu Mahakama. Mahakama adalah nama sungai di Kalimantan
Timur yang dianggap suci layaknya sungai Balaputra, Gangga, dan Irwadi di
India. Mahakama memiliki arti; Gairah Cinta yang Agung.
Mahakama
bersetting pada tahun 400 Masehi, masa pemerintahan
Raja Sri Mulawarman Naladewa di Qwitaire (Kerajaan Kutai). Raja Sri Mulawarman
Naladewa adalah cucu dari Kundungga, keturunan Warga Sungga yang dulunya
memerintah wilayah tersebut pada tahun 350 Masehi. Kerajaan ini merupakan
Kerajaan tertua di Nusantara sekaligus sebagai Kerajaan Hindu pertama di
Nusantara.
Dalam novel
ini akan banyak ditemukan mitologi-mitologi Hindu serta dasar-dasar ajaran
Hindu. Dan yang pastinya juga berisi kisah roman yang mengharu biru. Berikut
sinopsis cerita yang ada di bagian belakang cover:
_______________
[Pandu]
Aku tak ingin perasaan kami
dihantui oleh kerinduan, dikuasai oleh kemarahan pada takdir. Seperti langit
dan bumi yang selalu berpandangan walau malam menggelapi mata mereka, walau
siang menyilaukan tatap mereka. Hingga akhirnya hujan menjadi air mata
kerinduan dan petir berupa rintihan kepiluan.
[Jenta]
Aku mencoba menahan air
mata, namun kekuatanku tak mampu menahan rasa kehilangan. Setiap hari waktu
terus berjalan, dan setiap itu juga kehidupan terus berubah. Kadang aku hanya
bisa memikirkan apa yang akan aku lakukan, walaupun aku tahu semua yang terjadi
kelak tak mungkin bisa aku tebak.
[Ganendra]
Mungkin indah seperti
matahari terbit dan juga terbenam, atau seperti bulan yang sedang purnama di
langit petang. Kau akan melihat banyak hal yang tidak pernah kau lihat
sebelumnya.
Sungai itu bernama Mahakama, yang memiliki arti ‘Gairah Cinta Yang
Agung’.
Di sungai inilah cerita ini dimulai....
_______________
Sampailah
tulisan ini pada bagian promosi yang mungkin membuat kalian malas untuk
membacanya. Tapi jika kalian ingin memiliki novel ini maka kalian harus baca
bagian ini, karena akan aku jelaskan bagaimana cara kalian mendapatkannya.
Kalian bisa
pesan langsung ke penerbit Jentera Pustaka lewat email berikut : jentera.pustaka@gmail.com . Harganya
RP.60.000 (belum termasuk ongkos kirim).
Sekian dulu
ah promosinya, sebab kalau kepanjangan orang-orang bakal bosan apalagi baca
tulisan promosi beginian hehehe
...........
Beli...beli...beli...pokoknya
beli #maksa
Share...share...share...pokoknya
share #maksa
Amin
..........
Comments
Post a Comment